Jumat, 20 Mei 2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sistem keamanan bangunan adalah cara dan alat-alat buatan manusia berdasarkan pekembangan teknologi yang berguna untuk membantu manusia dalam kondisi kritis untuk menjaga keamanan pada bangunan. sperti halnya terjadi kebakaran, penurunan yang mengakibat bagian-bagian dari gedung terjadi keretakan, dan bencana alam yang dapat membuat kerusakan dan tidak ada nyamanan pada gedung, baik apartemen, rumah toko, perkantoran, mall, dan lain sebagainya. Berdasarkan masalah yang sering terjadi tentang tidak amannya suatu bangunan gedung, contohnya bahaya kebakaran yang sering terjadi. Bahaya kebakaran adalah bahaya yang awalnya bermula dari ula manusia sendiri, dimana kebakaran itu bermula dari adanya nyala api yang tidak dapat di kendalikan oleh manusia, sehingga dapat mengancam manusia dan memusnahkan harta benda yang dimiliki, bahkan dapat merenggut jiwa manusia. Nyala api adalah reaksi yang terjadi karena adanya bahan bakar, panas dan oksigen.

Kota Jayapura merupakan ibu kota dari provinsi papua yang sudah tergolong dalam kota yang berkembang, baik dari aspek pendidikan, kesehatan, dan sosial budaya. Kota jayapura termasuk kota yang sering terjadi kebakaran pada gedung yang telah banyak menghabiskan harta benda bahkan sampai merenggut jiwa manusia.

Pada proyek pembangunan gedung ruko kota raja di kabupaten jayapura, yang berada dalam proses pembangunan dan bangunan tersebut merupakan bangunan bertingkat dan mempunyai luasan yang cukup besa, oleh karena itu untuk menjaga keamanan bangunan tersebut harus ada sistem keamanan pada gedung tersebut.

1.2 PERUMUSAN MASALAH DAN BATASAN MASALAH

1. Perumusan Masalah

Dalam penulisan tugas akhir ini perencanaan system keamanan pada gedung diambil sebagai permasalahan, antara lain :

a. Bagaimana merencanakan kebutuhan hydrant, sprinkler, fire alarm, detektor, smoke detektor, manual push bottom dan bell.

b. Bagaimana menghitung kebutuhan air pada hydrant dan sprinkler, dan kebutuhan air minimum pada wilayah manajemen kebakaran.

2. Batasan Masalah

Pada penulisan ini, penulis membatasi masalah pada :

a. Penulis hanya merencanakan kebutuhan hydrant, sprinkler, fire alarm, detektor, dan detektor asap (smoke detector) pada bangunan gedung ruko kotaraja.

b. Menghitung kebutuhan air pada hydrant dan sprinkler dalam durasi waktu satu (1) jam dan kebutuhan air minimum pada wilayah manajemen kebakaran (WMK) atau pada bangunan gedung ruko kotaraja.

c. Penulis hanya merencanakan sistem keamanan kebakaran pada bangunan gedung sebelum ada mobil pemadam kebaran atau pada pertolongan pertama dalam kondisi kritis atau darurat.

1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan pada tugas akhir ini dalah sebagai berikut :

1. Untuk merencanakan kebutuhan hydrant, sprinkler, fire alarm, detektor, detektor asap (smoke detector).

2. Untuk mengetahui kebutuhan air pada hidrant dan sprinkler, dan kebutuhan air pada wilayah manajemen kebakaran.

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I : PENDAHULUAN

Menjelaskan mengenai : pendahuluan, latar belakang, rumusan masalah dan batasan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Menjelaskan tentang : pengertian dan ketentuan-ketentuan dari : hydrant (hidran), sprinkler, fire alarm, detector, smoke detector (detector asap), manual push bottom dan bell.

BAB III : METODOLOGI

Menjelaskan tentang bagaimana metode yang dipakai dalam perencanaan sistem keamanan gedung.

BAB IV : PEMBAHASAN

Menjelaskan tentang : Perencanaan kebutuhan hydrant (hidran), sprinkler, sistem alarm, detektor, smoke detector (detector asap) dan kebutuhan air pada hydrant dan sprinkler dan juga kebutuhan air minimum pada wilayah manajemen kebakaran.

BAB V : PENUTUP

Menjelaskan tentang : kesimpulan dan saran.

BABA II

LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN, JENIS DAN PENGGUNAAN SISTEM KEAMANAN KEBAKARAN PADA GEDUNG.

Sistem keamanan gedung adalah suatu cara yang digunakan untuk dapat mencegah dan menanggulangi masalah kritis yang akan terjadi pada gedung tersebut, di mana bila terjadi kebakaran pada gedung tersebut. Oleh karena itu sistem keamanan pada gedung harus diperhatikan dalam mendirikan suatu bangunan gedung bertingkat untuk mencegah atau menanggulangi terjadinya kondisi kritis pada bangunan, seperti halnya terjadi kebakaran pada suatu bangunan gedung tersebut.

Jenis-Jenis sistem keamanan gedung yang digunakan untuk menanggulangi terjadinya kebakaran pada bangunan gedung.

2.1.1 Unit Tabung Pemadam Kebakaran

Unit tabung pemadam kebakaran adalah unit pemadam kebakaran yang terbuat dari tabung kecil yang terisi dengan gas dan digunakan untuk kebakaran-kebakaran kecil yang dibuat dari bahan-bahan kimia. Tabung pemadam kebakaran di letakkan pada tempat yang mudah terlihat dan mudah dicapai.



Picture 004.jpg


Gambar 2.1 Unit tabung pemadam kebakaran

Persyaratan unit pemadam kebakran yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Tabung harus dalam keadaan baik

b. Etiket atau label mudah dibaca dengan jelas dan dapat dimengerti

c. Sebelum digunakan, segel harus dalam keadaan baik (tidak rusak).

d. Selang harus tahan terhadap tekanan tinggi.

e. Bahan baku pemadam dalam keadaan baik.

f. Isis tabung gas sesuai dengan tekanan yang disyaratkan.

g. Penggunaannya belum kadalwarsa.

h. Warna tabung harus mudah dilihat.

Klasifikasi unit pemadam kebakaran sebagaimana telah tercantum pada tabel.

Tabel 2.1 Klasifikasi unit pemadam kebakaran

Golongan

Zat/bahan pemadam

Memadamkan

Tanda pengenal

A

Air bertekanan, zat-zat kimia larut, asam soda, busa, mono-amunium fosfat, diamonium fosfat, tekstil, dll.

Bahan padat bukan logam, kayu, kertas, plastic, karpet

Huruf “A” pada dasarnya berbentuk segi tiga warna & warna hijau.

B

Zat asam arang (Co2), zat kimia kering dengan natrium dan kalium bikarbonat, bromiumtifluoromethan karbon tetra klorida, kiorobromethan.

Bahan cair, bensin, minyak tanah, elpiji, solar, dll.

Huruf “B” pada dasarnya berbentuk segi empat & warna merah.

Golongan

Zat/bahan pemadam

Memadamkan

Tanda pengenal

C

Zat yang tidak mengantar listrik, zat asam arang (CO2), zat kimia kering dengan natrium dan kalium bikarbonat, bromiuntifluoromethan, karbon tetra klorida, khlorobromethan.

Peralatan listrik bertegangan, transformator, instalasi listrik, dll.

Huruf “C” pada dasar berbentuk lingkaran warna biru.

D

Bubuk kering, senyawa mengandung garam dapur, grafit, grafit fosfor.

Bahan logam magnesium, lithium, senyawa natrium-kalium, dll.

Unit pemadam kebakaran yang menggunakan air dapat berupa air dengan pompa tangan, air bertekan, dan asam soda (soda acid).

2.1.2 Fire Hydrant (hidran pemadam kebakaran)

Fire hydrant adalah alat pemadam kebakaran, dimana pada hydrant terdapat selang hydran yang panjangnya 30 meter dengan tekanan air sejauh 5 meter. Hydrant dikategorikan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu hydran gedung, hydrant halaman dan hydrant kota.

Berdasarkan nama hydrant, maka hydrant gedung adalah hydrant yang perletakannya di dalam gedung. Hydrant halaman adalah hydrant yang perletakannya di halaman suatu lokasi gedung. Dan hydrant perkotaan adalah hydrant yang hamper sama dengan hydrant halaman namun hudrant kota memiliki dua sampai tiga selang kebakaran. Dan juga perletakannya berada di titik-titik tertentu perkotaan yang memungkinkan unit pemadam kebakaran suatu kota mengambil cadangan air.

Komponen hydrant kebakaran terdiri dari : sumber air, pompa-pompa kebakaran, selang kebakaran, penyambung, dan perlengkapan lainnya.

Untuk perhitungan jumlah dan kebutuhan air pada hydrant dapat pula dinyatakan dengan rumus :

a. Jumlah hydrant

Hydrant bangunan : 1 unit / 800 m2

Dimana :

L bangunan = Luas bangunan dalam satuan m2.

b. Kebutuhan air pada sebuah hydrant bangunan gedung

1 unit hydrant : 400 liter/menit

Kebutuhan air = Σ hydrant x 400 liter/menit

Untuk hydrant kebakaran, diperlukan persyaratan teknis sesuai ketentuan sebagai berikut :

1. Sumber persediaan air untuk hydrant harus di perhitungkan untuk pemakaian selama 30 menit.

2. Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai aliran listrik tersendiri dan memiliki sumber daya listrik darurat.

3. Selang kebakaran dengan diameter minimum 1,5 inci (3,8 cm) harus terbuat dari bahan yang tahan panas, dengan panjang maksimum 30 meter.

4. Harus di sediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling dari Barisan/Unit pemadam kebakaran.

5. Semua peralatan hydrant harus dicat dengan warna merah.

Adapun pemasangan hydrant kebakaran juga memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Pipa pemancar sudah harus terpasang pada selang kebakaran

2. Hidrant bangunan yang menggunakan pipa tegak (riser) ukuran 6 inci (15 cm) harus dilengkapi dengan kopling outlet dengan diameter 2,5 inci yang bentuk dan ukurnnya sama dengan kopling dari barisan/unit pemadam kebakaran dan ditempatkan pada tempat yang mudah dicapai oleh petugas pemadam kebakaran.

3. Hydrant halaman harus di sambungkan dengan pipa induk dengan ukuran diameter minimum 6 inci (15 cm) dan mampu mengalirkan air 1000 liter/menit. Maksimal jarak antara hydrant adalah 200 meter dan penempatan hydrant harus mudah dicapai oleh mobil pemadam kebakaran.






1412034_63199d6bdb62139ba6a698ece32105cc.jpg
Picture 002.jpg


Gambar 2.2 Hydrant gedung Gambar 2.3 Hydrant halaman







1985738_syntexunidur.jpg

5221773633_7df181a8b1.jpg


Gambar 2.4 Hydrant perkotaan Gambar 2.5 Selang hydrant

2.1.3 Sprinkler

Spinkle adalah suatu alat semacam nozzle (penyemprot) yang dapat memancarkan air secara pengabutan (Fog) dan bekerja secara otomatis. Sprinkler juga merupakan system keamanan kebakaran yang digunakan di gedung untuk memberikan peringatan dini pada penghuni atau pengujung gedung tersebut saat terjadi kebakaran, meskipun tidak digunakan terus menerus namun alat ini berfungsi sebagai pemberi tanda agar agar barisan pemadam kebakaran dapat segerah menanggulangi kebakaran yang terjadi.

Ada beberapa jenis sprinkler, diantaranya yang sering digunakan adalah sprinkler tabung dan sprinkler segel. Perletakan sprinkler biasanya di pasang pada plafon ruangan, di pasang juga pada ruangan-ruangan yang isinya mahal, sprinkler juga bekerja jika ruangan mencapai suhu panas tertentu, dengan thermostat sprinkler akan membuka dan menyemprotkan air. Untuk menegetahui warna, dan besaran suhu tertentu pada saat tabung sprinkler pecah dan warna, serta suhu leleh segel dapat dilihat pada table 2.2 dan table 2.3.

Tabel 2.2 Warna Cairan Tabung Gelas Spinkler

No

Warna Cairan

Suhu Pecah Tabung

1

Jingga

57oC

2

Merah

68oC

3

Kuning

79oC

4

Hijau

93oC

5

Biru

141oC

6

Ungu

182oC

7

Hitam

204oC/260 oC

Tabel 2.3 Warna segel sprinkler

No

Warna segel

Suhu Leleh Segel Sprinkler

1

Tak berwarna

68oC/74 oC

2

Putih

93oC

3

Biru

141oC

4

Kuning

182oC

5

Merah

227oC

Untuk perhitungan jumlah dan kebutuhan air pada sprinkler dapat dinyatakan dengan rumus :

a. Jumlah sprinkler

Area 1 head : 25 m2

1 zone : 16 unit

Σ sprinkler =

Dimana :

L bangunan bangunan = Luas bangunan dalam satuan m2

b. Kebutuhan air

1 zone : 80 liter

Kebutuhan air = Σ sprinkler x 80 liter.

Pada saat sprinkler bekerja maka, tekanan air dalam pipa akan menurun dan sensor otomatis akan memberikan tanda bahaya (alarm) dan lokasi yang terbakar akan terlihat pada panel pengembalian kebakaran. Meskipun sistem sprinkler tidak perna aktif dalam jangka waktu yang cukup panjang, namun sistem tersebut harus ada dalam keadan siap sehingga bila sewaktu-waktu terjadi kebakaran tidak mengalami permasalahan.

c. Susunan pipa cabang sprinkler

1. Susunan cabang tunggal dengan kepala sprinkler dan pemasokan air di tengah.

2. Susunan cabang tunggal dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di ujung.

3. Susunan cabang ganda dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di tengah.

4. Susunan cabang ganda dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di ujung.






sprinkler_tests_2.jpg


Picture 003.jpg


Gambar 2.6 Sprinkler

2.1.4 Detektor

Detector adalah system pendeteksi kebakaran yang lebih awal, dimana bila terjadi gejala-gejala yang memungkinkan terjadi kebakaran pada gedung, system seperti halnya adanya asap, awal nyala api alat ini yang dapat member tanda di mana terdapat kejadian tersebut. Sistem detector terdapat beberapa jenis, antara lain :

1. Detektor Manual

Dimana alat ini merupakan alat deteksi yang pasif dan sukar disebut sebagai detektor, karena yang bertindak sebagai detector adalah manusia. Alat ini merupakan kotak tertutup, berisi saklar tarik atau tuas handel untuk membunyikan alarm, oleh karena itu alat ini disebut juga sebagai pull station.

2. Detektor Panas

Karena kesederhanaannya alat ini sehingga detector ini bekerja lambat member respon pada kebakaran. Dimana alat ini sebelum mengirim alarm harus memerlukan panas dengan sushu panas yang cukup. Pada saat alarm dikirimkan sering kali api sudah dalam kondisi sukar dikontrol lagi karena proses pemanasan yang membutuhkan waktu cukup lama.

Adapun persyaratan pada detektor panas dalam pemasangannya adalah sebagai berikut :

a. Dipasang pada posisi 15 mm hingga 100 mm di bawah permukaan langit-langit gedung.

b. Pada suatu kelompok sistem ini tidak boleh dipasang lebih dari 40 buah.

c. Untuk setiap luas lantai 46 m2 dengan tinggi langit-langit 3,00 meter.

d. Jarak anatara detector tidak lebih dari 7,00 meter untuk ruang aktif dan tidak lebih dari 10,00 meter untuk ruang sirkulasi.

e. Jarak detektor dengan dinding minimum 30 cm.

f. Pada ketinggian berbeda, dipasang satu buah detektor untuk setiap 92 m2 luas lantai.

g. Di puncak lekukan atap ruangan tersembunyi, dipasang sebuah detektor untuk setiap jarak memanjang.

3. Detektor Asap (Smoke Detector)

Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan memberitahukan kepada setiap orang apabila ada asap pada suatu daerah maka alat ini akan berbunyi, alat ini khusus untuk pemakaian dalam gedung. Dimana dalam pemasangan detektor asap (smoke detector) harus memperhatikan persyaratan sebagai berikut :

a. Untuk setiap luasan lantai 92 m2

b. Jarak antara detektor maksimum 12,00 meter pada ruangan aktif dan 18,00 meter untuk ruangan sirkulasi.

c. Jarak detektor dengan dinding minimum 6,00 meter untuk ruang aktif dan 12,00 meter untuk ruang sirkulasi.

d. Setiap kelompok sistem dibatasi maksimum 20 buah detektor untuk melindungi ruangan seluas 2.000 m2.

4. Detektor Ion

Alat ini berfungsi pada saat api membesar secara bertahap, pada awalnya, bila suatu benda terbakar alat ini akan mengeluarkan ion-ion terlebih dahulu, kemudian terlihat asap dan baru terlihat nyala api. Karena yang didteksi oleh alat ini adalah ion (asap dan api belum terlihat) maka alat ini lebih sensitif, lebih pekah di bandingkan dengan deteksi asap maupun deteksi api.

5. Detektor Nyala Api/ Flame Detector

Alat ini merupakan detector khusus. Dimana pada kasus kebakaran bahan-bahan tertentu seperti bensin atau bahan bakar lainnya, nyala api terlihat dahulu sebelum asap, bahkan sering kali asap yang terjadi sangat sedikit. Pada kasus inilah digunakan detektor nyala api. Detektor yang bekerja dengan prinsip merespon radiasi infrared dan atau sinar ultraviolet yang merupakan karakteristik dan nyala api.

Adapun persyaratan dalam pemasangan detektor nyala api adalah sebagai berikut :

a. Setiap kelompok dibatasi maksimum 20 buah detektor.

b. Detektor yang dipasang di ruang luar harus terbuat dari bahan yang tahan karat, tahan terhadap pengaruh angin, dan juga tahan terhadap getaran.

c. Untuk daerah yang sering mengalami sambaran petir, harus dilindungi sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan tanda bahaya palsu.






smoke+det.jpg


5-flame-detector.jpg


Gambar 2.7 Detektor asap Gambar 2.8 Detektor nyala api



introfid.png


Gambar 2.9 Detektor ion

Untuk kebutuhan detektor dan detektor asap (smoke detector) pada gedung dapat di nyatakan dengan rumus :

a. Detektor

1 heat detector area : 75 m2

1 zone : 4 unit

Dimana :

L bangunan = luas bangunan

b. Detektor asap (smoke detector)

1 heat smoke detector area : 75 m2

1 zone : 2 head

Dimana :

L bangunan = luas bangunan dalam satuan m2

2.1.5 Alarm Kebakaran/ Fire Alarm

Alat ini merupakan alat yang digunakan untuk memberitahukan kepada setiap orang bahwa adanya bahaya kebakaran pada suatu tempat.







fire_alarm_system.jpg

fire_alarm.jpg


Gambar 2. 10 Fire alarm

Untuk perhitungan kebutuh sistem alarm (fire alarm) dapat dinyatakan degan rumus :

1 heat area : 225 m2


Dimana :

L bangunan = luas bangunan dalam satuan m2

2.1.6 Upaya Penanggulangan Kebakaran

Upaya penanggulangan kebakaran yang dilakukan oleh beberapa cara, yaitu sebagai berikut :

1. Kebakaran Kelas A

Kebakaran yang terjadi pada bahan padat dapat dipadamkan dengan air yang berfungsi untuk menurunkan suhu.

2. Kebakaran Kelas B

Kebakaran yang terjadi pada bahan cair dipadamkan dengan penutupan untuk menghambat difusi O2.

3. Kebakaran Kelas C

Kebakaran pada alat dan aliran listrik dapat di padamkan dengan menggunakan bahan isolator.

4. Kebakaran Kelas D

Kebaran logam dengan dapat dipadamkan dengan menggunakan serbuk kering seperti pasir.

Dan juga diwajibkan kepada pada pemadam kebakaran dalam memadamkan api untuk diperlukan alat pelindung yang memnuhi standar keselamatan, seperti : Jaket anti panas (Fire Jacket), sarung tangan, sepatu boot, helm dan pelindung wajah.

2.1.7 Pasokan air pada wilayah manajemen kebakaran (WMK)

Berdasarkan tinjauan pada ketetapan-ketetapan menteri pekerjaan umum republik indonesia, nomor 20/RPT/M/2009 tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan, maka perencanaan sistem proteksi kebakaran di perkotaan didasarkan kepada penentuan wilayah manajemen kebakaran (WMK). Perencanaan ini juga harus dimulai dengan evaluasi terhadap terhadap tingkat risiko kebakaran dalam suatu wilaya manajemen kebakaran setempat oleh instansi terkait. Unsur utama yang penting dalam perencanaan ini adalah penentuan penyediaan air untuk pemadaman kebakaran di setiap wilayah manajemen kebakaran.

Tujuan utama dari analisis risiko kebakaran adalah untuk menentukan kebutuhan air yang diperlukan bagi keperluan pemadam kebakaran di setiap wilayah manajemen kebakaran (WMK). Jumlah kebutuhan air minimum dipengaruhi oleh dua (2) factor, yaitu factor bangunan gedung yang tidak berdekatan dengan gedung lain dan faktor bangunan gedung yang berdekatan dengan bangunan gedung lain.

1. Jumlah kebutuhan air dengan faktor bangunan gedung yang tidak berdekatan dengan gedung lain dapat dinyatakan dengan rumus yang dapat dilihat di bawah ini.

Pasokan air minimum =

Dimana :

V = Volume total bangunan dalam (m3)

ARK = Angka Klasifikasi Risiko Kebakaran

AKK = Angka Klasifikasi Konstruksi Bangunan

2. Jumlah kebutuhan air dengan faktor bangunan gedung berdekatan dengan bangunan lain dapat dinyatakan dengan rumus di bawah ini.

Pasokan air minimum = x FB

Dimana :

V = Volume total bangunan dalam (m3)

ARK = Angka Klasifikasi Risiko Kebakaran

AKK = Angka Klasifikasi Konstruksi Bangunan

FB = Faktor Bahaya dari bangunan berdekatan, sebesar 1,5 kali.

3. Angka Klasifikasi Risiko Kebakaran

Angka klasifikasi risiko kebakaran yang ditentukan berdasarkan fungsi bangunan gedung, dimana yang dimulai dari angka (skala) 3 sampai dengan angka (skala 7), bila terdapat lebih dari satu peruntukan dalam sebuah bangunan gedung, maka untuk seluruh bangunan gedung harus digunakan angka klasifikasi risiko kebakaran untuk peruntukan yang lebih berbahaya.

a. Angka klasifikasi risiko kebakaran 3

Angka atau skala klasifikasi ini harus digunakan pada bangunan gedung yang bahaya kebakaran sangat tinggi. Dimana apabila bangunan yang berdekatan termasuk risiko kebakaran 3, maka harus dipandang sebagai faktor bangunan gedung yang berdekatan jika jaraknya 15 meter atau kurang dari jarak tersebut.

b. Angka klasifikasi risiko kebakaran 4

Angka klasifikasi ini harus digunakan untuk peruntukan bangunan dengan risiko kebakaran yang tinggi. Apabila bangunan gedung yang berdekatan termasuk klasifikasi kebakaran 4. Maka harus dipandang sebagai factor bahaya bangunan gedung yang berdekatan, jika jaraknya 15 meter atau kurang dari jarak tersebut.

c. Angka klasifikasi risiko kebakaran 5

Angka klasifikasi ini harus digunakan untuk peruntukan pada bangunan gedung dengan risiko kebakaran sedang, dimana kuantitas atau kandungan bahan mudah terbakar sedang dan penyimpanan bahan mudah terbakar tidak melebihi ketinggian 3,7 m. Kebakaran dalam tingkat klasifikasi ini dapat diperkirakan berkembang sedang dan mempunyai laju pelepasan panas yang sedang.

d. Angka klasifikasi risiko kebakaran 6

Angka klasifikasi ini harus digunakan untuk peruntukan pada bangunan gedung dengan risiko kebakaran rendah, dimana kuantitas atau kandungan bahan mudah terbakar relatif rendah dan laju pelepasan panas relatif rendah.

e. Angka klasifikasi risiko kebakaran 7

Angka klasifikasi ini harus digunakan untuk peruntukan dengan resiko kebakaran ringan, dimana kuantitas atau bahan mudah terbakar relatif sangat rendah atau dapat dikatakan ringan dan diperkirakan perkembangan kebakaran dan laju pelepasan panas relatif rendah.

Dari penjelasan mengenai angka klasifikasi risiko kebakaran di atas dapat dilihat pada table 2.4.

Tabel 2.4 Angka klasifikasi risiko kebaran

NO

PERUNTUKAN BANGUNAN

Bangunan dengan Angka Klasifikasi Risiko Kebakaran 3

1

Pabrik tepung

2

Minyak hidrolik mudah terbakar

3

Pabrik pemintalan kapas

4

Pengecoran logam

5

Pabrik dan penyimpanan bahan peledak dan piroteknik

6

Pabrik biji padi-padian

7

Pengecetan/pnyemprotan dengan cairan mudah terbakar

8

Pelapisan/pencelupan

9

Pabrik minyak biji rami

10

Perakitan rumah modular

11

Pengolahan metal

12

Pabrik plastic

13

Pabrik playwood dan sejenisnya

14

Percetakan menggunakan tinta mudah terbakar

15

Daur ulang karet

16

Penggergajian kayu

17

Percetakan menggunakan tinta mudah terbakar

18

Tempat penyimpanan jerami

19

Pelapisan furniture dengan busa plastik

Bangunan dengan Angka Klasifikasi Risiko Kebakaran 4

1

Kandang kuda komersial

2

Gudang bahan bangunan

3

Pusat perbelanjaan

4

Ruang pamer, auditorium dan teater

5

Tempat penyimpanan bahan pangan

NO

PERUNTUKAN BANGUNAN

6

Terminal pengangkutan

7

Pertokoan/perdagangan

8

Pabrik kertas dan pulp

9

Pemrosesan kertas

10

Pelabuhan

11

Bengkel

12

Pabrik dan penyimpanan produk karet

13

Gudang untuk furniture,umum,cat,kertas dan minuman keras dan produk kayu

Bangunan dengan Angka Klasifikasi Risiko Kebakaran 5

1

Tempat hiburan

2

Pabrik pakaian

3

Gudang pendingin

4

Gudang kembang gula

5

Gudang hasil pertanian

6

Binatu ruang pamer dagang

7

Pabrik produk kulit

8

Perpustakaan (dengan gudang buku yang besar)

9

Kios sablon

10

Toko mesin

11

Took besi

12

Kebun bibit

13

Pabrik farmasi

14

Percetakan

15

Rumah makan

16

Pabrik tali

17

Pabrik gula

NO

PERUNTUKAN BANGUNAN

18

Penyamakan (kulit)

19

Pabrik tekstil

20

Gudang tembakau

21

Bangunan kosong

Bangunan dengan Angka Klasifikasi Risiko Kebakaran 6

1

Gudang atau pabrik senjata

2

Garasi parker mobil

3

Pabrik roti

4

Salon kecantikan dan potong rambut

5

Pabrik minuman/bier

6

Ruang boiler

7

Pabrik bata, ubin dan produk tanah liat

8

Pabrik kembang gula

9

Pabrik semen

10

Rumah ibada

11

Pabrik susu

12

Tempat praktek dokter

13

Pabrik elektronik

14

Tungku/dapur

15

Pabrik pakaian bulu hewan

16

Pompa bensin

17

Pabrik gelas

18

Kandang kuda

19

Kamar mayat

20

Gedung pemerintah

21

Kantor pos

22

Rumah pemotongan hewan

NO

PERUNTUKAN BANGUNAN

23

Kantor telepon

24

Pabrik produk tembakau

25

Pabrik arloji/perhiasan

26

Pabrik anggur

Bangunan dengan Angka Klasifikasi Risiko Kebakaran 7

1

Apartemen

2

Universitas

3

Kelab

4

Asrama

5

Perumahan

6

Pos kebakaran

7

Rumah sakit

8

Hotel dan motel

9

Perpustakaan (kecuali gudang buku)

10

Museum

11

Rumah perawatan

12

Perkantoran

13

Kantor polisi

14

Penjara

15

Sekolah

16

Teater tanpa panggung

4. Klasifikasi Konstruksi Bangunan Gedung

Instansi kebakaran dapat membuat kajian dan klasifikasi konstruksi bangunan gedung di wilayah kerjanya. Konstruksi bangunan gedung diklasifikasikan dalam angka. Angka maksimum klasifikasi konstruksi bangunan gedung rumah tinggal adalah satu (1). Angka klasifikasi tidak diperkenankan memberikan angka klasifikasi konstruksi terhadap suatu bangunan gedung yang belum diteliti atau dikaji.

Tipe klasifikasi konstruksi bangunan gedung, terdiri dari 4 tipe yaitu :

a. Klasifikasi konstruksi bangunan tipe 1 (konstruksi tahan api)

Bangunan gedung yang dibuat dengan bahan tahan api sperti beton, bata dan lain-lain dengan bahan logam yang dilindungi. Dengan struktur yang di buat sedemikian, sehingga tahan terhadap api terhadap peruntukan dan perambatan api mempunyai angka klasifikasi 0,5.

b. Klasifikasi konstruksi bangunan gedung tipe II (tidak mudah terbakar, konstruksi kayu berat).

Bangunan gedung yang seluruh bagian konstruksi termasuk dinding, lantai dan atap terdiri dari bahan yang tidak mudah terbakar yang tidak termasuk sebagai bahan tahan api, dimana termasuk bangunan konstruksi kayu dengan dinding bata, tiang kayu 20,3 cm.

Lantai kayu 76 mm (7,6 cm), atap kayu 51 mm (5,1 cm). balok kayu 15,2 x 25,4 cm, ditetapkan mempunyai angka klasifikasi konstruksi bangunan gedung 0,75.

c. Klasifikasi konstruksi bangunan gedung tipe III (biasa)

Bangunan gedung dengan dinding luar bata atau bahan tidak mudah terbakar lainnya sedangkan bagian bangunan gedung lainnya terdiri dari kayu atau bahan yang mudah terbakar ditentukan mempunyai angka klasifikasi konstruksi bangunan gedung 1,0.

d. Klasifikasi konstruksi bangunan gedung tipe IV (kerangka kayu)

Bangunan gedung kecuali bangunan rumah tinggal yang strukturnya sebagian atau seluruhnya terdiri dari kayu atau bahan mudah terbakar yang tidak tergolong dalam konstruksi bangunan gedung biasa (tipe III) yang ditentukan mempunyai angka klasifikasi konstruksi bangunan gedung 1,5.

BAB III

METODOLOGI

3.1 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua (2) cara yaitu :

1. Pengumpulan data dengan cara primer

2. Pengumpulan data dengan cara sekunder

Cara Primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan melalui observasi dan wawancara.

Cara Sekunder adalah data yang diperoleh dari lapangan, perpustakaan, dan beberapa referensi lainnya.

3.2 Data-data Perencanaan

Gambar Rencana : Terlampir

Panjang bangunan (m) : 20,00

Lebar bangunan (m) : 20,00

Tinggi bangunan (m) : 14,50

Tinggi lantai satu (1) (m) : 4,00

Tinggi lantai dua (2) (m) : 4,00

Tinggi lantai tiga (m) : 4,00

Tinggi balok konsul (m) : 2,50

Luas bangunan (m2) : 1200,00

Luas Lantai satu (1) (m2) : 400,00

Luas Lantai dua (2) (m2) : 400,00

Luas lantai tiga (3) (m2) : 400,00

3.3 Flow Chart


BABA IV

PERENCANAAN

4.1 Perhitungan Kebutuhan Hydrant (hidran).

4.1.1 Luasan bangunan gedung :

Panjang bangunan = 20.00 m

Lebar bangunan = 20.00 m

Tinggi bangunan = 14.00 m

Luas lantai 1 = P x L

= 20.00 m x 20.00 m

= 40.00 m2

Luas lantai 2 = P x L

= 20.00 m x 20.00 m

= 40.00 m2

Luas lantai 3 = P x L

= 20.00 m x 20.00 m

= 40.00 m2

Luas total bangunan = 3 ( P x L )

= 3 ( 20.00 m x 20.00 m )

= 1200.00 m2

4.1.2 Kebutuhan hydrant (hidran) bangunan

Diketahui :

Luas bangunan dari denah = 1200,00 m2

Ketentuan dari literature adalah sebagai berikut :

Luas netto = 80 % dari luas bangunan

Hidran bangunan = 1 unit / 800 m2

Σ Hydrant =

Σ Hydrant =

Σ Hydrant =

Σ Hydrant = 1.2 unit

= 2 unit

4. 2 Perhitungan Kebutuhan Sprinkler

Diketahui :

Luas bangunan dari denah = 1200,00 m2

Ketentuan dari literature adalah sebagai berikut :

Luas netto = 80 % dari luas bangunan

Area 1 head = 25 m2

Jarak maksimum = 6 – 9 m

1 zone = 16 unit

Σ Sprinkler =

Σ Sprinkler =

Σ Sprinkler =

Σ Sprinkler = 38. 4 unit

Σ Sprinkler = 38 unit

Σ zone =

Σ zone = 2,375 zone

= 3 zone

3Zone = 3 x 16 unit

= 48 unit

4.3 Perhitungan Kebutuhan Fire Alarm

Diketahui :

Luas bangunan dari denah = 1200,00 m2

Ketentuan dari literature adalah sebagai berikut :

Luas netto = 80 % dari luas bangunan

Area fire alarm = 225 m2

Σ fire alarm =

Σ fire alarm =

Σ fire alarm =

Σ fire alarm = 4,267 unit

Σ fire alarm = 4 unit

4.4 Perhitungan Kebutuhan Detector

Diketahui :

Luas bangunan dari denah = 1200,00 m2

Ketentuan dari literatur adalah sebagai berikut :

Luas netto = 80 % dari luas bangunan

1 Head area = 75 m2 / head

Σ Detector =

Σ Detector =

Σ Detector =

Σ Detector = 12,8 unit

Σ Detector = 13 unit

4.5 Perhitungan Kebutuhan Smoke Detector (Detektor Asap)

Diketahui :

Luas bangunan dari denah = 1200,00 m

Ketentuan dari literature adalah sebagai berikut :

Luas netto = 80 % dari luas bangunan

1 head area = 75 m2 / head

1 zone = 20 unit

Σ Smoke detector =

Σ Smoke detector =

Σ Smoke detector =

Σ Smoke detector = 12,8 unit

Σ Smoke detector = 13 unit

4.6 Perhitungan Kebutuhan Air Pada Hydrant dan Sprinkler

4.6.1 Perhitungan kebutuhan air pada hydrant

Hydrant bangunan = 1 unit 400 liter/menit

Σ hydrant = 2 unit

Kebutuhan air = Σ hydrant x 400 liter/menit

Kebutuhan air = 2 unit x 400 liter/menit

Kebutuhan air = 800 liter/menit

Kebutuhan air dalam durasi waktu 1(satu) jam

1 jam = 60 menit

Kebutuhan air = 800 liter/menit

Kebutuhan air = 60 menit x 800 liter/menit

Kebutuhan air = 4800 liter

4.6.2 Kebutuhan pada sprinkler

Sprinkler = 1 unit 80 liter/menit

Σ sprinkler = 38 unit

Kebutuhan air = Σ hydrant x 80 liter/menit

Kebutuhan air = 38 unit x 80 liter/menit

Kebutuhan air = 3040 liter/menit

Kebutuhan air dalam durasi waktu 1 (satu) jam

1 jam = 60 menit

Kebutuhan air = 3040 liter/menit

Kebutuhan air = 60 menit x 3040 liter/menit

Kebutuhan air = 182400 liter

4.6.3 Kebutuhan Air Minimum Pada Wilayah Manajemen Kebakaran

Luasan bangunan gedung :

Panjang bangunan (P) = 20.00 m

Lebar bangunan (L) = 20.00

Tinggi bangunan (H) = 12.00 m

Volume bangunan = P x L x H

Volume bangunan = 20.00m x 20.00m x 12.00 m

Volume bangunan = 4800 m3

ARK = 4

AKK = 0.5

FB = 1.5 kali

Pasokan air minimum =

Pasokan air minimum =

Pasokan air minimum = 900 m3

Pasokan air minimum = 900 000 liter

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perencanaan sistem keamanan kebakaran pada bangunan gedung

5 komentar:

  1. mas boleh minta soft-nya? saya lagi ngerjain skripsi yg bahas mslh fire alarm.

    tolong kirim ke rakareviatna@gmail.com

    BalasHapus
  2. maaf sy bru buka blog sya, jdi ru lhat psan saudara. nnti suda sy krimkan klo smpat. cs sy tdk bwah flash ke warnet.

    BalasHapus
  3. infonya sangat bermanfaat, tapi ko rumusnya pada ngilang (Ga tampil dimonitor saya), bisakah memberikan rumusnya via email tddyhst@gmail.com, terutama rumus fire alarm dan detector.
    trims...

    BalasHapus
  4. mas boleh minta softcopynya.. kebetulan tugas akhir saya tntang perencanaan fire hydrant,, mau melihat rumus yang digunakan, karena tidak bisa dilihat di blog di atas.
    mohon kirim ke email : wulanriana@ymail.com
    terima kasih

    BalasHapus
  5. mas boleh minta softcopynya , kebetulan tugas akhir saya perencanaan fire alarm system
    email : yudha.prada7@gmail.com

    BalasHapus